Inilah hasil jalan-jalanku ke pesisir Semarang tanggal 17 April 2014
Bagaimana menurut anda terasi
yang asli? Di koran dan televisi sering diberitakan bahwa terasi yang tidak
asli berwarna merah merona karena menggunakan pewarna tekstil, sedangkan yang
berwarna coklat adalah terasi asli karena warna dari bahan bakunya. Ternyata
ini tidak berlaku pada penemuan saya di produsen rumahan terasi di pesisir
pantai Kota Semarang.
Bagaimana terasi yang saya
temukan?
Dari segi warna coklat kemerahan
seperti warna terasi asli. Tetapi setelah saya telusuri, warna dari bahan baku
yaang digunakan setelah digiling adalah hijau kecoklatan. Kemudian bahan
tersebut mengalami pencampuran lagi dengan menggunakan air sebelum proses
pencetakan. Pada tahap ini sangat memprihatinkan sekali karena produsen menambahkan
pewarna tekstil dalam pencampuran bahan tersebut dengan air, sehingga warna
dari hijau kecoklatan berubah seketika menjadi merah kecoklatan. Setelah proses
ini selesai dilanjutkan dengan pencetakan dan penjemuran. Saat penjemuran
terasi dijemur terbuka diatas papan yang diletakkan langsung di tanah. Dengan
demikian tidak memungkiri adanya debu ataupun lainnya yang dapat menempel ke
terasi yang dijemur ini. Mengingat pula kondisi sanitasi lingkungan di daerah
rob tersebut relatif kurang baik. Namun tetap saja terasi masih laris
dipasaran.
Bagaimana dengan usaha kecil
rumahan seperti ini? Apakah usaha ini sudah memiliki ijin? Bagaimana pengawasan
dari petugas Puskesmas wilayah tersebut?
Inilah yang terjadi sekarang,
regulasi yang tidak diikuti dengan pengawasan dan sanksi yang tegas.
![]() |
Warna terasi sebelum pewarnaan |
![]() |
Proses pewarnaan menggunakan pewarna tekstil |
![]() |
Setelah proses pewarnaan dan pencampuran dengan air |
![]() |
Terasi hasil pewarnaan |
![]() |
Menuju proses pencetakan |
![]() |
Terasi dijemur di halaman rumah |
0 komentar:
Posting Komentar