Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa (LITM) yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga Provinsi DI Yogyakarta menerima proposal mahasiswa dari semua perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di lingkup Provinsi DIY. Seleksi proposal pada bulan september hingga oktober 2011, dan pengumuman nominasi pada bulan oktober akhir.
Dari 4 tim Poltekkes yang terdiri dari berbagai bidang seperti makanan tradisional, obat tradisional, energi terbarukan, dll, tim makanan tradisional “suweg” ini adalah satu-satunya tim dari Poltekkes yang lolos. Dengan bimbingan Ibu Tri Siswati mahasiswa yang terdiri dari Dwi Novitasari, Anita Dwi Nurjanah, Lativa Dwinovia Hardiani, Meita Nur Khasanah, dan Rochmad Bayu Purnomoaji secara kompak dan penuh semangat melakukan penelitian yang berjudul “Suweg sebagai Bahan Tambahan Yangko Rendah Kalori”. Penelitian ini dilakukan beberapa kali ulangan hingga menyusun laporan hasil sebagai tahap akhir. Presentasi hasil penelitian tersebut dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2011 di Universitas Teknologi Yogyakarta secara serempak dari semua bidang yang lolos sebagai nominasi.
Suweg (Amorphophallus campanulatus) termasuk tanaman penghasil umbi dengan kandungan pati yang tinggi dan sangat berguna sebagai makanan diet bagi penderita diabetes militus serta dapat menunjang ketahanan pangan di Indonesia. Tanaman ini mudah ditemukan di pulau Jawa dengan habitat semak-semak yang tumbuh dalam siklus tahunan dan dapat tumbuh hingga mencapai satu meter. Selain mudah didapatkan, tanaman ini juga mampu menghasilkan karbohidrat dengan tingkat panen tinggi. Umbinya besar mencapai 5 kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadupadankan dengan beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern (Mariana, 2010).
Sayangnya umbi ini semakin tidak diminati. Padahal suweg sangat potensial sebagai bahan pangan sumber karbohidrat. Rasa gatal yang diakibatkan dari mengonsumsi umbi suweg merupakan salah satu faktor yang menjadikan masyarakat belum banyak yang memanfaatkannya. Budidayanyapun tidak pernah dilakukan secara optimal, suweg hanya ditanam sebagai tanaman selingan atau dibiarkan tumbuh liar di tanah kosong. Kelebihan umbi suweg adalah kandungan serat pangan, protein dan karbohidratnya yang cukup tinggi dengan kadar lemak yang rendah. Nilai Indeks Glikemik (IG) tepung umbi suweg tergolong rendah yaitu 42 sehingga dapat menekan kadar gula darah, dapat digunakan untuk terapi penderita diabetes mellitus. Mengingat manfaat yang tinggi dari tanaman suweg, maka diperlukan adanya inovasi agar keberadaan umbi suweg dapat lebih diminati oleh masyarakat, seperti misalnya dibuat yangko.
Yangko adalah sejenis makanan ringan yang terbuat dari bahan ketan. Bentuknya persegi empat dengan ukuran kecil dan ditambah baluran tepung terigu. Yangko mempunyai cita rasa yang manis dan kenyal jika digigit (Sukendro, 2009). Dunia pariwisata mengalami perkembangan yang pesat di Yogyakarta, salah satu diantaranya dari segi makanan tradisional, dan yangko merupakan salah satu makanan tradisional dari Yogyakarta yang banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat banyaknya produsen atau toko yang menjual yangko. Seolah tidak mau dilindas oleh kemajuan zaman, yangko terus berbenah, baik dari segi rasa maupun tampilannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar