Halaman

Minggu, 06 Oktober 2013

Mengapa air di Tembalang kuantitas dan kualitas rendah?

Kawasan di sekitar kampus Universitas Diponegoro terutama Kecamatan Tembalang sangat padat. Apabila dibandingkan 10 tahun yang lalu dengan sekarang kondisinya sangat jauh berbeda. Pemekaran wilayah ini menjadi kawasan pendidikan menyebabkan meningkatnya pembangunan perumahan-perumahan untuk memenuhi kebutuhan. Bisa kita lihat sekarang banyaknya kos-kosan hingga jarang ditemukan lahan kosong, selain itu industri-industri kecil pun ikut memenuhi kebutuhan penduduk dan pendatang yang tinggal di daerah ini. Berbagai macam usaha seperti jasa laundry, jasa foto copi, rumah makan, dan sebagainya membuat daerah ini semakin padat dan kurang tertata.

Pembangunan tersebut menyebabkan hilangnya pohon-pohon yang menjadi sarana penyimpanan air dan lahan kosong pun semakin berkurang karena dimanfaatkan untuk bangunan-bangunan. Kini tidak ada lahan hijau untuk lahan penyimpanan air sehingga daerah ini sangatlah kering. Dan apabila musim kemarau tiba tak jarang warganya kekurangan air karena sumurpun menjadi kering.

Sumber air utama daerah ini adalah sumur. Kualitas air sumur bisa dinilai rendah. Mengapa demikian? Kepadatan permukiman dan usaha-usaha warga dilokasi ini menyebabkan jumlah limbah yang meningkat. Warga membuang limbahnya langsung ke septictank tanpa adanya pengolahan terlebiih dahulu. dengan banyaknya limbah yang di buang langsung ke lingkungan tersebut menyebabkan air tanah tercemar dan kualitasnya pun menurun.

Inilah yang terjadi apabila kenaikan jumlah penduduk dan kenaikan jumlah usaha yang tidak diikuti dengan pengelolaan lingkungan. Bagaimana lingkungan kita kelak bila sekarang sudah menurun kualitasnya? Mari kita tingkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan, hari ini, esok, dan nanti!

Sabtu, 05 Oktober 2013

Kau cemari kotaku dengan limbah

 

Beberapa hari setelah aku menginjakkan kaki di kota ini, sebuah tanda tanya besar dalam pikiranku "Mengapa kota ini selalu banjir?"
Akupun semakin penasaran, mencari tau salah satu penyebabnya. Dan aku mengelilingi kota ini. Di sebuah permukiman yang bercampur dengan wilayah industri kecil tampak beberapa selokan yang berada di sekitar bangunan itu. Tata kota yang lumayan rapi, namun disalah gunakan oleh masyarakat.


Tampak beberapa rumah penduduk bahkan industri-industri kecil yang menyalurkan limbah cairnya ke selokan. Selokan yang kecil dengan lebar kurang dari 1 meter itu harus dipaksa untuk menampung limbah cair dari rumah tangga. Kondisi yang demikian ini banyak sekali ku temukan. Dari segi kuantitas sangat banyak limbah cair yang di buang ke selokan hingga tak jarang selokan meluap waktu hujan. Bagaimana dari segi kualitas air limbah? jelas sekali air limbah mengandung parameter yang tidak seharusnya langsung di buang ke badan air seperti selokan. Tak perlu diperiksa ke laboratorium air, bila kita melihat dengan fisik aiir limbah tersebut berbau dan warnanya hitam pekat. Sungguh sangat prihatin dengan kondisi ini.

Apa sebenarnya fungsi selokan?
Mungkin ini yang perlu ditekankan kepada masyarakat. Selokan sebagai saluran air terutama waktu hujan, bukan saluran pembuangan air limbah. Maka sangat wajar bila hujan tiba di kota ini terjadi banjir, karena selokan yang seharusnya berfungsi untuk air hujan maka sudah penuh dengan air limbah. Akibatnya selokan meluap hingga air hujan bercampur dengan air limbah sehingga banjir pun terjadi dan lingkungan tampak kumuh penuh dengan air limbah.


Siapakah yang salah?
Peraturan Pemerintah yang kurang tegas? organisasi peduli lingkungan yang kurang bergerak maksimal atau masyarakat yang acuh terhadap lingkungan?
Ya ketiganya sangatlah berpengaruh dan harus berperan dalam menjaga lingkungan ini. Peraturan pemerintah yang menjadi acuan masyarakat untuk terus menjaga lingkungan dan organisasi peduli lingkungan yang menjadi penggerak dan pemacu semangat masyarakat.
Diberdayakan oleh Blogger.
 

Blogger news

Cari Blog Ini