Halaman

Minggu, 25 Desember 2011

Menjadi Seorang Sanitarian Muda di Kecamatan Mantrijeron

Lima orang mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta yang terdiri dari Anita Dwi Nurjanah, Meita Sari Kusumastuti, Ekha Nurma Ardiana, Septiana Nuritasari, dan Ayub Belasihi melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Mantrijeron. Dengan bimbingan Bapak Sigid Sudaryanto, SKM. MPd selaku dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan dan Bapak Emon Setiaman, AMKL selaku bagian Higiene Sanitasi (HS) di Puskesmas Mantrijeron kegiatan ini dapat berlangsung selama 5 minggu.
Bidang Praktek yang ditekuni diantaranya :
1.Sanitasi Permukiman
2.Sanitasi Lingkungan Kerja/Industri
3.Sanitasi Tempat-Tempat Umum
4.Klinik Sanitasi
5.Pemberdayaan Masyarakat

Bersama Staf dan Karyawan Puskesmas Mantrijeron

Kami dan petugas Higiene Sanitasi (HS) Puskesmas Mantrijeron

1. Sanitasi Pemukiman
Wilayah yang menjadi sasaran penilaian rumah sehat dan permukiman ini adalah RW 15 Dukuh Kelurahan Gedongkiwo sebanyak 100 rumah yang dipilih secara random. Penilaian rumah yang dilakukan sesuai dengan formulir yang telah disediakan diantaranya kondisi fisiologis rumah, kepadatan hunian, dan kondisi fisik permukiman.
Pengukuran Suhu dan Kelembapan Ruangan

Pengukuran Kebisingan Permukiman

2. Sanitasi Lingkungan Kerja dan Industri
Lingkunga Kerja yang dinilai diantaranya Industri rumah tangga peyek kacang, industri kacang bawang Sukses, dan industri Batik Sidomulyo.

3. Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Penilaian sanitasi yang dilakukan di hotel, masjid, pasar, kolam renang, tempat wisata, salon, dll.

4. Klinik Sanitasi
Klinik sanitasi pada kali ini dilakukan kepada penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ada di wilayah Gedongkiwo.

5. Pemberdayaan Masyarakat
Penyuluhan kepada masyarakat tetang materi penyakit DBD terutama pencegahan dan cara pencegahan penularannya.

Semua kami lakukan untuk aplikasi dari ilmu yang kami terima dari kampus. Terjun langsung ke asyarakat bukanlah hal yang mudah bagi kami. Karena kami masih seorang mahasiswa yang dalam proses belajar, untuk menghadapi masyarakat secara luas dari berbagai karakter sangatlah butuh proses beradaptasi. Sebuah tantangan yang membuat ami semakin bersemangat dalam menjalani proses ini, dimana mengajari kami untuk mampu menghadapi berbagai situasi dan karakter orang. Banyak hal positif yang kami dapatkan dalam pelaksanaa praktek selama sebulan ini. Semoga dapat bermanfaat untuk bekal kami dalam menempuh masa depan yang sukses nantinya.

TIM “Suweg” Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Lolos menjadi 3 besar Nominasi Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa DI Yogyakarta

Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa (LITM) yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga Provinsi DI Yogyakarta menerima proposal mahasiswa dari semua perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di lingkup Provinsi DIY. Seleksi proposal pada bulan september hingga oktober 2011, dan pengumuman nominasi pada bulan oktober akhir. Dari 4 tim Poltekkes yang terdiri dari berbagai bidang seperti makanan tradisional, obat tradisional, energi terbarukan, dll, tim makanan tradisional “suweg” ini adalah satu-satunya tim dari Poltekkes yang lolos. Dengan bimbingan Ibu Tri Siswati mahasiswa yang terdiri dari Dwi Novitasari, Anita Dwi Nurjanah, Lativa Dwinovia Hardiani, Meita Nur Khasanah, dan Rochmad Bayu Purnomoaji secara kompak dan penuh semangat melakukan penelitian yang berjudul “Suweg sebagai Bahan Tambahan Yangko Rendah Kalori”. Penelitian ini dilakukan beberapa kali ulangan hingga menyusun laporan hasil sebagai tahap akhir. Presentasi hasil penelitian tersebut dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2011 di Universitas Teknologi Yogyakarta secara serempak dari semua bidang yang lolos sebagai nominasi. Suweg (Amorphophallus campanulatus) termasuk tanaman penghasil umbi dengan kandungan pati yang tinggi dan sangat berguna sebagai makanan diet bagi penderita diabetes militus serta dapat menunjang ketahanan pangan di Indonesia. Tanaman ini mudah ditemukan di pulau Jawa dengan habitat semak-semak yang tumbuh dalam siklus tahunan dan dapat tumbuh hingga mencapai satu meter. Selain mudah didapatkan, tanaman ini juga mampu menghasilkan karbohidrat dengan tingkat panen tinggi. Umbinya besar mencapai 5 kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadupadankan dengan beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern (Mariana, 2010). Sayangnya umbi ini semakin tidak diminati. Padahal suweg sangat potensial sebagai bahan pangan sumber karbohidrat. Rasa gatal yang diakibatkan dari mengonsumsi umbi suweg merupakan salah satu faktor yang menjadikan masyarakat belum banyak yang memanfaatkannya. Budidayanyapun tidak pernah dilakukan secara optimal, suweg hanya ditanam sebagai tanaman selingan atau dibiarkan tumbuh liar di tanah kosong. Kelebihan umbi suweg adalah kandungan serat pangan, protein dan karbohidratnya yang cukup tinggi dengan kadar lemak yang rendah. Nilai Indeks Glikemik (IG) tepung umbi suweg tergolong rendah yaitu 42 sehingga dapat menekan kadar gula darah, dapat digunakan untuk terapi penderita diabetes mellitus. Mengingat manfaat yang tinggi dari tanaman suweg, maka diperlukan adanya inovasi agar keberadaan umbi suweg dapat lebih diminati oleh masyarakat, seperti misalnya dibuat yangko. Yangko adalah sejenis makanan ringan yang terbuat dari bahan ketan. Bentuknya persegi empat dengan ukuran kecil dan ditambah baluran tepung terigu. Yangko mempunyai cita rasa yang manis dan kenyal jika digigit (Sukendro, 2009). Dunia pariwisata mengalami perkembangan yang pesat di Yogyakarta, salah satu diantaranya dari segi makanan tradisional, dan yangko merupakan salah satu makanan tradisional dari Yogyakarta yang banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat banyaknya produsen atau toko yang menjual yangko. Seolah tidak mau dilindas oleh kemajuan zaman, yangko terus berbenah, baik dari segi rasa maupun tampilannya.

Selasa, 20 Desember 2011

Ready To Get The Great Job

Minimnya lapangan pekerjaan dan membanjirnya tenaga kerja menjadikan persaingan dalam memperoleh pekerjaan sangat kuat. Tuntutan pekerjaan di luar membuat kita sebagai calon tenaga kerja harus mampu memenuhinya.

Salah satu cara untuk mempersiapkan diri di dunia kerja nantinya adalah Pelatihan Kepribadian.
BEM Jurusan Kesehatan Lingkungan memfasilitasi para anggotanya yaitu mahasiswa jurusan untuk mengikuti Pelatihan Kepribadian dan Etika Profesi Sanitarian pada hari Minggu, 18 Desember 2011 di Auditorium Kampus Terpadu Poltekkes kemenkes Yogyakarta.
Materi pertama disampaikan oleh Bapak Kiki F. Wijaya tentang kepribadian, praktek menulis surat lamaran dan curiculum vitae.
Karakter Orang Sukses yaitu :
1. Menyadari kemuliaan dirinya dan bertanggungjawab atas hidupnya
2. Memilih pekerjaan sesuai dengan talenta dan minat pribadinya
3. Membangun strategi yang beragam dan kreatif dalam mewujudan tujuannya
4. Bersikap positif dan selalu belajar dari kegagalan
selanjutnya diteruskan dengan penulisan surat lamaran pekerjaan, curiculum vitae, dan praktek wawancara.
Materi kedua disampaikan oleh Bapak Jaka Widada selaku Sekretaris HAKLI Provinsi DI Yogyakarta HAKLI merupakan salah satu organisasi profesi yang bersifat terbuka dan independen. Anggota HAKLI adalah para ahli kesehatan lingkungan. Maka Organisasi tersebut dituntut memiliki etika profesi/ kode etik profesi. Kode etik sanitarian diatur di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 373/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian.
Panitia Pelatihan Kepribadian (BEM Jurusan Kesehatan Lingkungan) bersama Pembicara Bapak Kiki F. Wijaya
Panitia Pelatihan Kepribadian (BEM Jurusan Kesehatan Lingkungan) bersama Pembicara Bapak Kiki F. Wijaya
Diberdayakan oleh Blogger.
 

Blogger news

Cari Blog Ini